Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 33:59).


Personal
Hobbies Blogs - Blog Rankings Web Directory
Top Blogs blog-indonesia.com
www.voa-islam.com

Adab Seorang Muslim Terhadap Dirinya Sendiri

Maksudnya, orang Muslim mengkondisikan dirinya merasa diawasi Allah Ta’ala di setiap waktu kehidupan hingga akhir kehidupannya, bahwa Allah Ta’ala melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya, memperhatikan semua amal perbuatannya, mengamatinya, dan mengamati apa saja yang dikerjakan oleh semua jiwa. Dengan cara seperti itu, diri orang Mukmin selalu merasakan keagungan Allah Ta’ala dan kesempurnaanNya, tentram ketika ingat nama-Nya, merasakan ketentraman ketika taat kepada-Nya, ingin bertetanggaan dengan-Nya, datang menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya. Inilah yang dimaksudkan dengan Islamisasi wajah dalam firman Allah Ta ‘ala,
“Dan siapakah yang Jebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang Jurus?” (An-Nisa’: 125).
Dan yang dimaksud dengan firman Allah Te ala,
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dis orang yang berbuat kebeiken, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman: 22).
Itulah intisari seruan Allah Ta ‘ala dalam firman-Nya,
‘Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu maka takutIah kepada-Nya. “(Al-Baqarah: 235).
Atau dalam firman-Nya,
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Our’an dan kalian tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu pada waktu kalian melekukannya. “(Yunus: 22).
Atau dalam sabda Rasulullah Shallallahu Aleihi wa Sallam,
“Sembahlah Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika engkau tidek bise melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. “(Muttafaq Alaih).”
Jalan itulah yang dilalui para pendahulu kita dari para salafush shalih.
Mereka membawa diri mereka kepadanya hingga akhir hayat mereka, dan mereka berhasil mencapai derajat muqarrabin (hamba-hamba yang dekat dengan Allah). Bukti-bukti berikut bersaksi untuk mereka:
1. Ditanyakan kepada Al-Junaid, “Bagaimana kiat menahan pandangan?” AI-Junaid, “Yaitu pengetahuanmu, bahwa pandangan Dzat yang melihatmu itu lebih dahulu dan lebih cepat daripada penglihatanmu kepada sesuatu yang engkau lihat.”
2. Sufyan Ats- T sauri berkata, “Hendaklah engkau merasa diawasi oleh Dzat yang mengetahui apa saja yang ada padamu. Hendaklah engkau berharap kepada Dzat yang memenuhi (harapanmu). Dan hendaklah engkau takut kepada dzat yang memiliki hukuman
3. Ibnu Al- Mubarak berkata kepada seseorang, “Hai si Fulan, hendaklah engkau merasa diawasi Allah. ” Orang tersebut bertanya kepada Ibnu Al-Mubarak tentang apa yang dimaksud dengan pengawasan Allah, kemudian Ibnu Al-Mubarak menjawab, “Jadilah engkau seperti orang yang bisa melihat Allah selama-lamanya.”
4. Abdullah bin Dinar berkata, “Pada suatu hari, aku pergi ke Makkah bersama Umar bin Khaththab. Di salah satu jalan, kami berhenti untuk istirahat, tiba-tiba salah seorang penggembala turun kepada kami dari gunung. Umar bin Khaththab bertanya kepada penggembala tersebut, ‘Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada kami.’ Penggembala tersebut berkata, ‘Kambing-kambing ini bukan milikku, namun milik majikanku.’ Umar bin Khaththab berkata, ‘Katakan saja kepada majikanmu, bahwa kambingnya dimakan serigala.’ Penggembala yang budak tersebut berkata, ‘Kalau begitu, di mana Allah?’ Umar bin Khaththab menangis, kemudian ia pergi ke majikan penggembala tersebut, lalu membeli budak tersebut, dan mernerde~nya.
5. Dikisahkan bahwa salah seorang shalih berjalan melewati orang-orang yang sedang melempar, sedang salah seorang dari mereka duduk menyendiri dari mereka. Orang shalih tersebut pergi kepada orang tersebut, dan ingin mengajaknya bicara, namun orang tersebut lebih dahulu berkata kepadanya, “Dzikir kepada Allah itu jauh lebih nikmat.” Orang shalih bertanya kepada orang tersebut, “Engkau sendirian di sini?” Orang tersebut menjawab, “Aku bersama Tuhanku, dan dua malaikat. ” Orang shalih bertanya kepada orang tersebut, “Siapa yang mendahului orang-orang tersebut?” Orang tersebut menjawab, “Yaitu orang-orang yang diampuni Allah.” Orang shalih bertanya kepada orang tersebut, “Di manakah jalan itu?” Orang tersebut memberi isyarat ke langit, kemudian ia berdiri dan pergi.
6. Dikisahkan bahwa ketika Zulaikha berduaan dengan Yusuf Alaihis-Salam, ia pergi ke patung, kemudian menutupnya dengan kain. Nabi Yusuf Alaihis-Salam bertanya, “Engkau ada apa? Engkau malu kepada pengawasan benda padat kepadamu, dan tidak malu kepada pengawasan Raja Teragung (Allah) kepadamu?” .
Salah seorang shalih menyenandungkan syair,
Jika Anda menyendiri dengan zaman pada suatu hari,
Anda jangan katakan, ‘Aku telah menyendiri, ‘namun katakan, ‘Zaman mengawasiku. ‘
Sedetik pun Anda jangan beranggapan bahwa Allah lengah Dan bahwa Allah tidak mengetahui apa yang Anda rahasiakan
Tidaklah Anda lihat, bahwa hari ini cepat berlalu
Dan bahwa hari esok sudah dekat bagi orang-orang yang menunggunya
sumber : Minhajul Muslim

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
About The Author
Nama saya Dimas Yanuar Permadi pemilik Dimas Dhiyau'ur Rahman Blog saya melakukan kegiatan Blogging untuk menambah Ilmu dan memeberi Ilmu pada Anda...